Deteksi dan Koreksi Kesalahan pada Komunikasi Data
“Deteksi dan Koreksi Kesalahan”
Kesalahan adalah proses alami yang dapat terjadi pada
tiap bagian dari sistem komunikasi data. Namun demikian perlu adanya
langkah-langkah bagi perbaikan melalui evaluasi terhadap penyebab terjadinya kesalahan
dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses
transmisi maupun data terminal.
Salah satu sistem kontrol kesalahan yang sederhana
ataupun yang sangat kompleks dapat disisipkan pada bagian-bagian yang telah
terdeteksi pada langkah pertama tadi. Akan tetapi ada pertimbangan lain yang
turut dipertimbangkan, misalnya perlunya penekanan pada biaya untuk operasi
kontrol kesalahan ini jangan sampai melebihi dari biaya sehingga membuat sistem
yang dibangun menjadi mahal.
Pada umumnya kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam
komunikasi data pada umumnya dapat diperkirakan atau dengan kata lain
kesalahan-kesalahan yang tidak terdeteksi pada suatu bagian dalam sistem
transmisi data mungkin dapat dideteksi pada bagian lain. Dengan alasan untuk
meningkatkan efektifitas komunikasi data, para perancang sistem kontrol
kesalahan berusaha merancang sistem kontrol dengan memberikan proteksi maximum
terhadap informasi redundant yang seminim mungkin.
Pendeteksi Error:
1.
Bit Parity
Diberikan suatu k-bit
frame atau message, transmitter membentuk serangkaian n-bit, yang dikenal
sebagai frame check sequence (FCS). Jadi frame yang dihasilkan terdiri dari k+n
bits. Receiver kemudian membagi frame yang datang dengan beberapa angka dan
jika tidak ada remainder (sisa) dianggap tidak ada error.
Beberapa cara yang menjelaskan prosedur diatas, yaitu
:
·
Modulo 2 arithmetic
Menggunakan
penjumlahan binary dengan tanpa carry, dimana hanya merupakan operasi
exclusive-OR.
·
Polynomials
Dalam
bentuk variabel x dengan koefisien-koefisien binary. Koefisien-koefisien
tersebut berhubungan dengan bit -bit dalam binary.
Bit parity / parity cecks, Merupakan bit yang
digunakan untuk mengecek kebenaran dari suatu informasi dengan jalan penambahan
satu atau beberapa bit ke dalam paket data. Metode ini memiliki dua jenis,
yaitu:
a.
Even Parity
Metode
ini biasa dipergunakan dalam transmisi data secara asynchronous, pada metode
ini sebelum paket data dikirim, setiap paket data di cek apakah bit ‘1’
berjumlah genap.
b.
Odd Parity
Metode
ini biasa dipergunakan dalam transmisi data secara synchronous, pada metode ini
sebelum paket data dikirim, setiap paket data di cek apakah jumlah ‘1’ ganjil.
Konsep Umum dan
Cara Kerja Parity Check
Konsep umum dari parity
check adalah sebuah sistem yang membuat pihak terminal tertuju tahu bahwa data
yang iya terima tersebut sama atau tidak dengan data yang dikirim oleh terminal
pengirim.
Caranya, pertama-tama
pihak pengirim akan menambahkan 1 bit
tambahan (Atau yang Lebih dikenal dengan nama Parity Bit) pada data, untuk
menggambarkan karakteristik dari data tersebut. Nilai dari bit parity (1 atau 0)
tidak diperoleh secara sembarangan.
dalam proses
pentransmisiannya data tadi dikirim bersamaan (data kita dan parity bitnya) dan
kita anggap data dapat terkirim dengan suskses. Pada Terminal Penerima Data kita
dibaca dan Di dekodisasi (di definisi kan ulang) dengan cara yang sama seperti
saat kita menentuan nilai parity bit di sisi pengirim. Lalu Hasil dekodisasi
tadi dibandingkan dengan parity bit yang tadi sengaja dibawakan oleh pengirim.
Gampangannya apabila hasil pembacaan (Dekodisasi) data terkirim sama dengan
Parity bitnya maka data tersebut Dapat dianggap benar. Dan apabila diperoleh
perbedaan nilai antara hasil dekodisasi dengan parity bitnya maka data dapat di
klasifikasikan sebagai data yeng error, Lebih lanjut terminal penerima akan
mengirimkan request pada terminal pengirim untuk mengirimkan ulang data yang
terbaca error tadi.
Kelebihan dan
kekurangan Parity Checks:
Ø Kelebihan :
1.
Lebih cepat karena
berbasis 2 (biner).
2.
Mudah dalam
pengecekan.
3.
Sederhana dalam
analisis dan penggunaan pada system.
4.
Mudah
direalisasikan dalam bentuk rangkaian/ hardware.
Ø Kekurangan :
1.
Kurang handal
dalam mengatasi deteksi dan perbaikan error.
2.
Kemungkinan
kesalahan yang terjadi besar, yaitu 50%.
3.
Belum dapat
mengakomodir file dengan ukuran besar.
4.
Tidak dapat
mendeteksi kesalahan dalam jumlah genap.
2.
Cyclic Redundancy Checks (Crc)
CRC (Cyclic Redundancy
Check) adalah algoritma untuk memastikan integritas data dan mengecek kesalahan
pada suatu data yang akan ditransmisikan atau disimpan. Data yang hendak
ditransmisikan atau disimpan ke sebuah media penyimpanan rentan sekali
mengalami kesalahan, seperti halnya noise yang terjadi selama proses transmisi
atau memang ada kerusakan perangkat keras.
Untuk memastikan
integritas data yang hendak ditransmisikan atau disimpan, CRC dapat digunakan.
CRC bekerja secara sederhana, yakni dengan menggunakan perhitungan matematika
terhadap sebuah bilangan yang disebut sebagai Checksum, yang dibuat berdasarkan
total bit yang hendak ditransmisikan atau yang hendak disimpan. Dalam transmisi
jaringan, khususnya dalam jaringan berbasis teknologi Ethernet, checksum akan
dihitung terhadap setiap frame yang hendak ditransmisikan dan ditambahkan ke
dalam frame tersebut sebagai informasi dalam header atau trailer. Penerima
frame tersebut akan menghitung kembali apakah frame yang ia terima benar-benar
tanpa kerusakan, dengan membandingkan nilai frame yang dihitung dengan nilai
frame yang terdapat dalam header frame. Jika dua nilai tersebut berbeda, maka
frame tersebut telah berubah dan harus dikirimkan ulang.
CRC didesain sedemikian
rupa untuk memastikan integritas data terhadap degradasi yang bersifat acak
dikarenakan noise atau sumber lainnya (kerusakan media dan lain-lain). CRC
tidak menjamin integritas data dari ancaman modifikasi terhadap perlakukan yang
mencurigakan oleh para hacker, karena memang para penyerang dapat menghitung
ulang checksum dan mengganti nilai checksum yang lama dengan yang baru untuk
membodohi penerima. Kode pendeteksian kesalahan yang paling umum serta paling
hebat adalah Cyclic Redundancy Check (CRC) yang dapat digambarkan sebagai
berikut, dengan adanya blok bit k-bit, atau pesan, transmitter mengirimkan
suatu deretan n-bit, disebut sebagai Frame Check Sequence (FCS), sehingga frame
yang dihasilkan, terdiri dari k+n bit, dapat dibagi dengan jelas oleh beberapa
nomor yang sebelumnya sudah ditetapkan. Kemudian receiver membagi frame yang
datang dengan nomor tersebut dan, bila tidak ada sisa, maka diasumsikan tidak
terdapat kesalahan. Untuk menjelaskan hal tersebut, kita dapat menggunakan dua
cara yaitu:
a.
Modulo 2 Aritmatik
Modulo
2 aritmatik menggunakan penambahan biner tanpa pembawa, yang hanya merupakan
operasi EX-OR saja. Pengurangan biner tanpa pembawa juga diterjemahkan sebagai
operasi EX-OR.
b.
PolynomialsCara
kedua mengamati proses CRC adalah dengan menyatakan seluruh nilai sebagai
polynomial dalam suatu model variabel X, dengan koefisien-koefisien biner.
Koefisien berhubungan dengan bit-bit dalam angka biner.
Kelebihan dan
Kekurangan Cyclic Redundancy Check (CRC):
Ø Kelebihan:
1.
Dapat digunakan
dalam pengiriman data berkecepatan tinggi.
2.
Memiliki
kehandalan sistem yang sangat tinggi, yaitu sekitar 99%.
Ø Kekurangan:
1.
Realisasi
rangkaian/hardware dan software yang paling sulit dibanding parity check.
2.
Analisis dan
perhitungan dalam perancangan yang cukup sulit.
ada kesimpulannya gak
BalasHapusbabi
BalasHapusbapak kau garena
Hapusbapak kau apaaaaaa
BalasHapusanonimmmmmmmm
BalasHapus